Minggu, 25 Agustus 2024

Pentingnya Kota Modern dari Ancaman Bencana Alam dan Peperangan

 

Ilustrasi pulau apung


Kita semua menginginkan pemukiman yang aman dari bebagai gangguan. Baik bencana alam maupun peperangan setiap saat muncul begitu saja dan kita tidak bisa menghindarinya.

Pemindahan Ibu Kota Jakarta (IKJ) ke Ibu Kota Nusantara (IKN) salah satu contoh yang perlu kita cermati. Karena, Ibu Kota Jakarta saat ini terjadi penurunan tanah dan mulai tenggelam terutama di sisi utara. Sehingga dibangunlah tembok raksasa (Great Wall) untuk melindungi kota tersebut dari tenggelam. 

Namun, tidak 100% aman. Hal ini ada banyak faktor atau parameter yang perlu menjadi pertimbangan, antara :

  • Pemanasan Global
  • Pencairan ES kutub bumi
  • Pergerakan lempeng benua
  • Tingkat kekerasan (kepadatan) tanah
  • Bangunan pencakar langit yang menekan permukaan tanah 
  • Mengambilan (Ekstraksi) air tanah. Misalnya,  sumur bor  
  • Gempa bumi
  • dan sebagainya. 
Satu saja bisa menjadi pemicu tenggelamnya Ibu Kota Jakarta. Misalnya, gempa bumi bisa membuat retak dan merusak bangunan tembok raksasa. Walaupn kontruksinya benar-benar kuat tetapi tidak bisa menghindari bila sewaktu-waktu terjadi keretakan yang harus ditangani secepatnya, dan bila dibiarkan keretakannya semakin besar serta menjadi ancaman.

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terletak di wilayah yang sangat strategis secara geologis, yaitu di pertemuan beberapa lempeng tektonik utama dunia. Posisi geografis ini memberikan Indonesia keunikan sekaligus tantangan berupa potensi bencana alam yang tinggi.

Pertemuan Lempeng Tektonik

Indonesia terletak di pertemuan tiga lempeng tektonik besar, yaitu:

  • Lempeng Indo-Australia yang bergerak ke utara.
  • Lempeng Eurasia yang relatif stabil dan bergerak ke selatan.
  • Lempeng Pasifik yang bergerak ke arah barat laut.

Selain itu, terdapat juga lempeng mikro seperti Lempeng Laut Filipina dan Lempeng Laut Banda. Interaksi antara lempeng-lempeng ini menciptakan zona-zona subduksi, sesar, dan zona tumbukan yang sangat aktif secara tektonik.

Indonesia juga terletak di salah satu wilayah geologis paling aktif di dunia, yang dikenal sebagai Cincin Api Pasifik (Ring of Fire). Cincin Api ini merupakan jalur sepanjang 40.000 km yang membentang di sekitar Samudra Pasifik dan menjadi tempat bertemunya beberapa lempeng tektonik. Indonesia, yang berada di kawasan ini, memiliki potensi besar terkena berbagai bencana alam.

Cincin Api Pasifik: Konsep dan Pengaruhnya

Cincin Api Pasifik adalah jalur yang membentuk lingkaran di sekitar Samudra Pasifik, di mana terjadi pergerakan lempeng tektonik yang sangat aktif. Jalur ini mencakup sekitar 75% dari gunung berapi aktif di dunia dan menjadi lokasi utama bagi 90% dari gempa bumi global. Indonesia berada di bagian barat daya Cincin Api ini, yang membuatnya sangat rentan terhadap aktivitas seismik dan vulkanik.

Lempeng Tektonik dan Interaksinya

Indonesia terletak di pertemuan beberapa lempeng tektonik utama yang membentuk Cincin Api:

  • Lempeng Indo-Australia bergerak ke utara dan bertumbukan dengan Lempeng Eurasia di bawah Sumatra, Jawa, dan sebagian Kalimantan.
  • Lempeng Pasifik bergerak ke barat laut dan bertumbukan dengan lempeng-lempeng mikro di bagian timur Indonesia, seperti di Papua dan Maluku.
  • Lempeng Filipina juga berperan penting di bagian utara Indonesia.
  • Interaksi antar lempeng ini menyebabkan banyak aktivitas tektonik dan vulkanik, termasuk zona subduksi yang memicu gempa bumi, letusan gunung berapi, dan tsunami.

Jenis-Jenis Bencana Alam yang Dapat Terjadi

Karena aktivitas tektonik yang tinggi, Indonesia rentan terhadap berbagai jenis bencana alam, antara lain:

  • Gempa Bumi: Terjadi akibat pergeseran lempeng tektonik. Indonesia mengalami gempa bumi dengan frekuensi yang cukup tinggi, terutama di wilayah-wilayah dekat zona subduksi dan sesar aktif, seperti di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan Sulawesi.

Indonesia sering mengalami gempa bumi karena pergeseran dan tumbukan antar lempeng tektonik. Gempa bumi dapat menyebabkan kerusakan infrastruktur, tanah longsor, dan, jika terjadi di bawah laut, dapat memicu tsunami.

  • Tsunami: Gempa bumi bawah laut dapat memicu tsunami, yang sering kali berdampak lebih besar karena terjadi secara mendadak dengan kekuatan yang dahsyat. Contoh paling terkenal adalah tsunami Aceh pada tahun 2004.

Tsunami di Indonesia sering kali dipicu oleh gempa bumi bawah laut. Salah satu tsunami paling dahsyat dalam sejarah Indonesia adalah tsunami yang terjadi setelah gempa bumi di Samudra Hindia pada tahun 2004, yang melanda Aceh dan menewaskan ratusan ribu orang.

  • Letusan Gunung Berapi: Indonesia memiliki lebih dari 130 gunung berapi aktif yang merupakan bagian dari Cincin Api Pasifik. Letusan gunung berapi sering terjadi karena Indonesia berada di zona subduksi, di mana magma yang terbentuk di bawah lempeng tektonik bisa naik ke permukaan. Gunung Merapi, Gunung Sinabung, dan Gunung Agung adalah contoh gunung berapi aktif di Indonesia.

Letusan gunung berapi dapat menyebabkan aliran lava, awan panas, hujan abu vulkanik, dan lahar dingin. Contoh gunung berapi aktif yang sering meletus adalah Gunung Merapi di Jawa Tengah, Gunung Sinabung di Sumatera Utara, dan Gunung Agung di Bali.

  • Longsor: Selain gempa bumi, pergerakan tanah akibat aktivitas vulkanik atau curah hujan tinggi juga bisa menyebabkan longsor, terutama di daerah pegunungan dan lereng yang terjal.

Aktivitas vulkanik dan gempa bumi juga dapat memicu tanah longsor, terutama di daerah perbukitan dan pegunungan. Longsor sering terjadi setelah hujan deras, yang mengakibatkan tanah menjadi tidak stabil.

  • Banjir: Meskipun tidak selalu terkait langsung dengan aktivitas tektonik, banjir dapat dipicu oleh perubahan topografi akibat gempa sempai bumi atau letusan gunung berapi yang mengganggu aliran sungai.
Indonesia, sebagai bagian dari Cincin Api Pasifik, menghadapi risiko besar dari berbagai bencana alam, sebagai negara kepulauan yang terletak di pertemuan lempeng tektonik dunia memiliki potensi tinggi terhadap berbagai bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung berapi. Meskipun demikian, potensi ini juga memberikan keuntungan berupa tanah yang subur dan sumber daya alam yang melimpah. Karena itu, penting bagi Indonesia untuk terus mengembangkan strategi mitigasi dan adaptasi yang efektif, serta meningkatkan kesadaran dan kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana alam, sehingga dapat meminimalisir dampak negatif yang mungkin terjadi.

Itu kalau kita lihat dari kaca mata bencana alam. Belum lagi akibat peperangan tentu saja kita berharap bisa menciptakan perdamaian dunia dan bebes dari peperangan dan bebas dari senjata nuklir ... 

Apalagi perang dunia ke 3 yang melibatkan senjata pemusnah masal. Misalnya, bom Nuklir, Bom atom, dan atau bom Antimateri (yang daya hancurnya lebih besar daripada bom Nuklir) yang tentu saja membuat kerusakan di muka bumi semakin parah dan meninggalkan jejek radiasi nuklir sangat berbahaya karena peluruhan dari limbah (sisa/debu) isotop memancarkan radiasi yang berbahaya membutuhkan waktu yang lama puluhan tahun bahkan sampai ratusan tahun baru netral.


Beberapa negara membuat bunker perlindungan bawah tanah. Itu tidaklah efektif dari ancaman bahaya ledakan nuklir. Mengapa? Karena, ledakan nuklir menciptakan gelombang kejut (getaran tinggi) yang sangat kuat baik melalui medium udara, air  maupun medium benda padat (tanah, batu, dan pasir). Bila getaran ledakan melalui  medium udara dapat menciptakan gelombang suara yang sangat merusak melebihi dentuman suara yang dihasilkan oleh pesawat jet supersonik ... sehingga merusak rumah, bangunan, dan bangunan tinggi.

Tentu saja, bila getaran ledakan nuklir merambat di tanah/bumi berpotensi besar merusak bunker/bungker bawah tanah. walau pun dilengkapi teknologi peredam getaran tetap tidak akan mampu menahan getaran yang lebih tinggi (gelombang kejut) melalui tanah dan bebatuan daripada melewati medium udara.  Juga akan merusak jalur keluar-masuk bunker/bungker.

Jadi ide bunker/bungker adalah ide konyol yang menggali kuburan sendiri. Lupakan ide itu dan beralih ke ide yang lebih baru untuk menciptakan kota modern yang sangat pintar !

Belum lagi bila terjadi pembalikan magnet bumi yang memicu kiamat global di bumi yang merupakan bencana alam global. Bunker/bungker pun akan mengalami kerusakan parah karena tanah/bumi begerak menekan dan menghancurkan bunker/bungker.


Karena alasan-alasan di atas, maka suatu keniscayaan harus menciptakan kota modern yang sangat pintar. 

Lalu apa kota modern yang sangat pintar? Tentu saja, tidak lain dan tidak bukan adalah pulau apung yang dapat bertrasformasi menjadi pesawat induk luar angkasa

  • Pertama, perbangunan pesawat luar angkasa di perairan (laut) agar mudah membangun megastruktur sebesar kota tanpa pembebasan lahan (menghemat ongkos) berbentuk pulau apung yang sedianya didesain untuk pesawat induk luar angkasa selengkap fasilitas sebuah kota. Juga tidak boleh melupakan membangun mesin sentrifugal untuk menciptakan gravitasi buatan dan ekosistem mandiri yang sedianya memang didesain untuk pesawat induk luar angkasa yang mampu bertahan beberapa generasi manusia untuk berkembang biak di pesawat induk luar angkasa.
Bagaimana hal ini bisa dilakukan? Desain mega struktur ini bisa dilakukan dengan cara modular bagian per bagian dirancang di daratan dan dikerjakan oleh pabrikan sehingga memungkinkan produksi masal. Misalnya, Pabrikan sekelas BUMN PT. PAL yang merupakan galangan kapal yang ternama di Indonesia dan bekerja sama dengan astronom, ilmuwan, insinyur, teknokrat penerbangan luar angkasa  berbagai disiplin ilmu lainnya terutama untuk ekosistem yang berkelanjutan. Setelah bagian-bagian itu terbentuk, maka dirakit di perairan membentuk semacam pulau apung yang sesuai desain pesawat luar angkasa.
  • Kedua, Mendesain dan memasang propulsi untuk pesawat induk luar angkasa bertenaga fusi nuklir. Karena bahan bakar fusi nuklir sangat melimpah di air laut yang tentunya perlu diolah menjadi deuterium (D) dan tritium (T). Reaksi fusi yang paling umum diusulkan untuk penggunaan di reaktor fusi adalah reaksi antara deuterium (D) dan tritium (T), dua isotop hidrogen. Reaksi ini menghasilkan helium dan neutron, serta melepaskan energi yang sangat besar lebih dari cukup untuk propulsi pesawat induk luar angkasa. Atau paling tidak dapat terbang di awang-awang (angkasa) untuk menghindari bencana tsunami.

Namun, harus diingat penggunaan propulsi fusi nuklir dengan daya dorong besar akan menimbulkan tsunami di lautan apalagi untuk mengangkat pesawat induk luar angkasa berbobot (Tonase) yang besar tentu memerlukan daya yang besar bisa menimbulkan gelombang dan riak-riak gelombang tsunami. 

Karena itu, penggunaan teknologi propulsi Untuk pesawat luar angkasa, istilah yang digunakan untuk sistem propulsi yang mirip dengan propulsi magnetohidrodinamik (MHD) pada kapal laut adalah propulsi plasma atau propulsi elektromagnetik. Salah satu variasi yang dikenal adalah Propulsi Magnetoplasma Dinamis (Magnetoplasma Dynamic Thruster, MPD).

Propulsi MPD menggunakan medan magnet dan listrik untuk mengionisasi gas, menciptakan plasma yang kemudian dipercepat untuk menghasilkan dorongan. Teknologi ini memungkinkan percepatan partikel plasma dalam kecepatan tinggi, sehingga menghasilkan tenaga dorong yang besar, namun efisien dalam penggunaan bahan bakar di luar angkasa.

Ada juga teknologi lain seperti ion thruster dan VASMIR (Variable Specific Impulse Magnetoplasma Rocket), yang menggunakan prinsip serupa untuk mengionisasi gas dan mempercepatnya dengan medan elektromagnetik.

Sama seperti pada kapal laut dengan propulsi magnetohidrodinamik yang memanfaatkan prinsip aliran fluida (air) dan medan magnet, propulsi plasma dalam pesawat luar angkasa memanfaatkan plasma dan medan magnet untuk menghasilkan dorongan.

Jadi untuk pulau apung sebesar kota merupkan wujud pesawat induk luar angkasa sebelum transformasi untuk pergerakan dan mempertahankan titik koordinat menggunakan propulsi MHD dan ketika terbang ke angkasa dan atau luar angkasa menggunakan propulsi MPD ataun pun VASMIR baik take off maupun landing, agar harus dirancang meminimalkan kerusakan lingkungan untuk mengurangi jejak fisik di permukaan laut maupun planet berbatu dan mencegah kerusakan pada ekosistem lokal.
  • Ketiga, Membuat perisai pelindung berupa medan magnetik yang kuat di sekeliling pesawat induk luar angkasa agar tidak mebentur debris di luar angkasa (sampah luar angkasa. Bisa berupa satelit yang sudah tak berfungsi, reruntuhan komponen pesawat luar angkasa dll) di sekitar atmosfir bumi. Dan perisai aktif semacam kubah besi untuk menangkal peluruh kendali yang diarahkan kepada pesawat induk luar angkasa ini. Dan atau pun senjata energi tinggi terarah (LASER) yang mampu menghancurkan obyek bergerak maupun diam yang membahayakan pesawat induk luar angkasa.
  • Keempat, Menggunakan teknologi warp agar mempercepat perjalanan luar angkasa dengan kecepatan melebihi cahaya. juga berfungsi untuk menghindari deteksi radar musuh ketika berada di bumi, atmosfir bumi dan atau disekitar luar atmosfir bumi. Sehingga selamat dari ancaman senjata laser yang di arahkan ke Pesawat Induk Luar Angkasa.   
Dengan demikian, pesawat induk luar angkasa berpangkalan di lautan (Samudera) yang luas sebagai pulau apung. Bisa mejadi solusi menyelamatkan ras manusia bumi dari kehancuran (musnah) disebabkan bencana alam dan atau peperangan.  


Eksodus maupun mencari ke planet lain yang memiliki karakteristik seperti bumi dapat dihuni dan ditinggali atau paling tidak dapat bertahan dihidup dari generasi ke generasi berikutnya  di pesawat induk luar angkasa atau melakukan terraforming di planet-planet tandus menjadi layak huni.

 Relevansi TOPIK :





Riset, pengembangan, dan rekayasa jamu dengan tanaman obat dalam zat aktif untuk melawan penyakit dalam biologi molekuler

Riset, pengembangan, dan rekayasa jamu berbasis tanaman obat dengan fokus pada zat aktif untuk melawan penyakit  dalam  kerangka biologi mol...